Saturday, October 19, 2019

Mudah Tersinggung

Urusan perasaan memang sulit menghadapinya. Untunglah ada akal yang diberikan Tuhan kepada manusia untuk mengendalikan hati yang mudah berubah-ubah. Pada hewan dan tanaman ada juga ditemukan beberapa yang mudah tersinggung, ngambek, seperti tanaman yang tidak mau berbuah ketika dipindah ke pot atau tempat yang lain atau ayam atau burung yang tidak mau bertelur ketika stres dipindah kandangnya atau ditukar jenis makanannya. Untuk hewan dan tanaman paling sebatas itu saja yang bisa kita temui, atau paling banter sebatas urusan makanan, tak lebih dari itu. Dan seringkali kita temui ketika hewan-hewan itu cukup makan, kenyang, dia malah tidak terusik sama sekali sama mangsanya meskipun itu berada disampingnya sekalipun. Itu lah binatang.
Tetapi manusia. Makhluk unik ciptaan Tuhan ini beda dari yang lain. Mulai dari lahir hingga menjelang ajal tiba, urusan perasaan sangat rumit. Dari bayi sering kita temukan, saat makan saja, beda jenis makanan, ngambek, makan tanpa musik atau siaran tv tertentu, nangis, makan tidak dibawa jalan-jalan ke teras atau luar rumah, teriak-teriak. Itu lah bayi. Bahkan orang tua yang sudah pengalaman dengan asam garam kehidupan ini pun tak lepas dari ketersinggungan. Gampang ngambek, mudah marah. Saat sekarat pun, disuguhin obat, marah. AC tidak dingin, marah. Minum tidak dapat dijangkau, marah. Dibacain doa-doa, pengajian marah. Apa saja yang dilakukan orang membuatnya tersinggung. Sedikit sedikit marah.
Belajar Mengendalikan Emosi
Mengapa bangsa ini akhir-akhir ini gampang marah? Reformasi di tahun 1998 adalah awal bangsa Indonesia dapat mengungkapkan pendapatnya secara terbuka. Sebelumnya di masa Orde Baru, memang secara hukum, kebebasan berpendapat dijamin oleh undang-undang. Namun secara tersirat, terjadi pengekangan. Tidak sedikit media yang dibredel di zaman itu. Mengkritik pemerintah berarti berhadapan dengan hukum. Sampai-sampai demokrasi yang kelihatannya ada, semua dikendalikan pemerintah. Daerah yang tidak memilih Golkar siap-siap tidak menikmati pembangunan seperti pembangunan jembatan, sekolah, perbaikan jalan dan sebagainya. Nah, eforia reformasi membawa masyarakat Indonesia ke sebuah masa dimana siapa pun bisa mengungkapkan perasaannya, menyatakan pendapatnya. Tetapi dampak negatif yang muncul pun tidak terelakkan, yaitu emosi yang tidak terkendali. Layaknya anak-anak, jika dibiarkan bebas bermain, mereka tidak paham mana yang boleh mana yang tidak boleh. Jika terjadi pembiaran, sekelompok anak-anak yang asik bermain bola, akan bermain dimana saja, seharusnya mereka bermain di lapangan. Karena tidak ada larangan, terjadi pembiaran, maka didukung rasa keingintahuan yang tinggi mereka bisa main di ladang orang, pekarangan rumah orang, di jalan raya, parkiran gedung dan berbagai tempat lainnya. Ketika hal ini sudah mengganggu, saat mereka ditegur, diperingatkan, mereka tidak terima, marah, bahkan mengamuk. Sebuah contoh penyaluran emosi yang salah. Emosi yang meletup-letup tidak dapat dikendalikan hingga disalurkan melalui amarah dan amuk massa.
Tidak sedikit kasus sepele yang kita jumpai di negeri ini menjadi besar hanya karena senggolan saat joget dangdut, rebutan lahan parkir, godain cewek, knalpot motor yang berakhir dengan tawuran antar kampung, pembantaian warga dan pengusiran dan pembakaran rumah penduduk. Hanya masalah ringan yang harusnya selesai dalam hitungan menit di kedai kopi atau bersalaman saja, tetapi kenyataannya tidak. Kondisi ini diperparah lagi dengan solidaritas yang tidak jelas. Membela yang tidak tahu duduk perkaranya. Melerai orang bertikai malah dianggap membela orang yang salah. Semua terjungkir balik, semua serba salah. Mengapa ini semua terjadi? Sebab kebablasan itu tadi
Seyogyanya manusia harus belajar dan terus belajar mengendalikan emosinya. Itu sebab dalam sejarah Islam, Nabi Muhammad saw sejak kecil sudah dibedah hatinya dan dibuang bagian hitamnya yaitu hati busuk yang memang ada di diri seorang manusia. Dan itu sebab Ia diutus untuk memperbaiki akhlak manusia. Karena manusia bukan malaikat yang sifatnya baik hanya mengabdi pada Allah dan juga bukan iblis yang sifatnya jahat untuk menggoda manusia. Manusia memiliki kedua sifat baik dan buruk, sifat malaikat dan setan. Itu lah gunanya Akal Pikiran diberikan Allah untuk mengendalikan perbuatan yang dilarang.
Mengendalikan sifat tersinggung memang tidak mudah. Harus ekstra hati-hati dan kerja keras jika yang dihadapi seseorang yang memang susah untuk dikendalikan. Efek dari sifat tersinggung ini ada 2, keluar dan ke dalam. Jika ketersinggungan ini memuncak menjadi emosi yang tak terkendali muncullah amarah hingga menimbulkan makian, sumpah serapah, bahkan pembunuhan. Tetapi jika amarah itu dipendam bisa berdampak buruk juga jika sifatnya tidak terbuka. Seseorang yang tidak kuat dengan tekanan, merasa sering dibully, baperan (terbawa perasaan) tetapi tidak bisa mengunggapkan rasa marahnya akhirnya bisa menyakiti diri bahkan fatalnya adalah bunuh diri. Jadi sama-sama buruk.
Adakah cara tepat untuk mengendalikan sifat mudah tersinggung ini? Ada. Yaitu dengan Komunikasi dan Latihan Kebugaran.
Menghadapi anak yang mudah tersinggung memang harus telaten dan sabar. Kita harus pintar berkomunikasi. Tidak hanya memberikan pengertian tetapi juga memilih kata-kata yang tepat agar dirinya tidak tambah tersinggung. Menghadapi seseorang yang baper ditambah tindakan yang gampang berontak lebih sulit lagi. Untuk memberikan pengertiannya agar bisa dipahami harus menunggunya tenang, kondusif. Mungkin butuh waktu, diajak ngopi, makan minum lalu menjelaskan keadaan yang sebenarnya. Itu sebab dalam Islam Nabi mengajarkan, jika dirimu emosi, berwudhu' lah. Dan amarah itu memang seperti api yang harus dipadamkan dengan air. Jika marah dalam keadaan berdiri, duduk lah. Jika marah memuncak, sholatlah. Jadi bukan diturutin amarahnya, tapi justru kita yang harus meredamnya.
Banyak cara untuk mengendalikan sifat mudah tersinggung. Kita bisa membaca buku, menonton film. Disana kita akan menemukan sebuah konflik, dan itu akan memberikan pelajaran buat kita. Bagaimana seseorang harus mengendalikan emosinya. Tidak semua status orang harus ditanggapi. Tidak semua cibiran harus direspon. Bahwa status seseorang belum tentu diarahkan ke kita. Jangan Baper. Latihan lainnya bisa dengan berolahraga dan beribadah. Latihan kebugaran. Kebugaran Jasmani dan Rohani. Bagaimana seorang prajurit harus berlatih baris berbaris sebagai latihan dasar militernya. Mereka harus disiplin, kompak dan seragam. Tidak marah saat dibentak, tidak melawan jika dihukum. Bagaimana seorang yang baper jika menjadi tentara. Tersinggung sedikit dia bakal menembak siapa saja. Bahaya. Maka dengan berlatih olahraga, bersosialisasi, ngobrol, bercengkerama, membaca, menonton film, maka kita akan dengan mudah mengendalikan emosi kita. Seseorang pejabat yang bertahun-tahun menjadi pimpinan tiba saatnya pensiun. Mereka yang tidak berolahraga, tidak ada aktivitas ke luar rumah, tidak bersosialisasi, mengikuti acara kumpul keluarga, arisan, pengajian, itu pasti lebih mudah tersinggung dibanding seorang pensiunan yang aktif. Jadi mengendalikan sifat mudah tersinggung memang perlu dilatih bukan dibiarkan dan dianggap sebagai sebuah karakter, pembawaan seseorang. Semua bisa diubah dengan latihan rutin, baik latihan resmi maupun otodidak. Yang penting adalah kemauan. Tidak sedikit orang cacat yang sukses karena berlatih. Banyak orang introvert, tertutup yang menjadi penyanyi, artis terkenal karena berlatih. Mudah tersinggung adalah Penyakit. Balik ke diri kita mau sembuh, menang terhadap penyakit atau dikendalikan penyakit. Jadi tidak ada yang tidak mungkin, selama kita mau mengubah sifat buruk itu. Berlatih lah.

No comments:

Post a Comment

Guru Corona

Corona mengajariku: Untuk Hidup Sehat , selalu mencuci tangan dengan sabun, bersih-bersih badan, mandi, kalau habis dari luar rumah, apala...