Monday, October 29, 2018

Warisan Terbesar Dari Orang Tua

Sore itu aku mengambil kue martabak kecil, mirip crepes dari sepupuku yang datang ke rumah. Ternyata dia beli cuma 1 buat dia saja haha aseemm. Dia menawarkan martabak manis yang besar. Ah biasa, untuk crepes ini emang agak jarang dijual di pasar, kebanyakan martabak manis biasa, kue pancung dan lainnya. Sepupuku bilang oh dia sukanya yang tipis ya, crepes itu maksudnya. Iya, persis ayahnya kata mamaku hehe. Sekejap aku terperanjat. Oh ternyata ayahku dulu begitu toh waktu mudanya. Maklum aku sudah 20 tahun meninggalkan kota ini, Medan, kota kelahiranku. Baru 4 tahun ini, sejak ayah sakit menjelang kepergiannya aku pulang kampung dan menetap disini.

Buah Jatuh Tak Jauh Dari Pohonnya
Selama 4 tahun ini banyak hal yang membuatku terperanjat. Apa yang menjadi kebiasanku, menjadi hobiku, yang sering kulakukan selama ini tak lepas dari kesukaan, kebiasaan dan kelakuan orang tuaku. Ketika sabtu, minggu, liburan ada waktu lowong untuk mengurus tanaman, mamaku bilang seperti ayahku. Suatu ketika aku nonton film seharian, kakakku bilang dia hobi nonton seperti ayah ya. Waktu bersih-bersih rumah, mama bilang ke istriku, dia seperti saya suka bersih-bersih. Aku sendiri anak rumahan, dari remaja lebih suka di rumah dari pada keluyuran atau nongkrong sama teman-teman dan ternyata gaya hidup seperti ini pun menurun dari ayahku.
Lalu sifat orisinil ku apa? hehe ntahlah
Semakin kesini semakin paham lah aku, semakin kenal lah aku siapa diri aku ini. Sikap dan prilaku yang membentuk karakter diri kita tidak lepas dari gen yang diturunkan dari orang tua. Itu lah warisan terbesar yang diberikan orang tua kepada diri kita.

Pilihan Menjadi Baik dan Buruk
Setelah mengenal apa yang membentuk prilaku kita saat ini, maka kita dapat membuat keputusan tentang sikap dan prilaku kita. Untuk apa? Gak lebih untuk pengembangan diri, karir, introspeksi diri. Bahwasanya ketika orang-orang bilang waah persis bapaknya ini pemarahnya, temperamen, emosional, gampang marah yang meledak-ledak. Nah kalau orangnya paham dan gampang sadar diri, instrospeksi, maka dia dengan sadar akan menyadari oh ternyata begini dulu karakter bapak saya, terkenal pemarah toh di kampung ini, orang-orang ga suka ya, berarti saya harus berubah nih. Begitu juga kalau kita pelit, kikir, sehingga teman-teman menjauh dari kita. Oh ternyata sifat ini menurun dari ibu kita. Terpulang ke kita, mau tetap pelit atau kita buang sifat buruk itu hehe.
Lalu apa makna dari semua ini. Warisan sifat, sikap dan prilaku ini akan diteruskan ke generasi selanjutnya. Bahwa sifat dan prilaku kita, yang mendarah daging di diri kita saat ini adalah turun dari orang tua kita. Dan yang membentuk sifat orang tua kita berasal dari kakek nenek kita dari pihak bapak dan ibu kita, kakek dan nenek kita sifatnya jelas berasal dari kakek buyut kita.
Sehingga warisan terbesar yang kita terima dari orang tua kita adalah sifat dan prilaku kita itu. Kita sering mengeluh duh anak gue susah banget kalau disuruh makan, coba cek ke ibu mu, nenekmu, kalau sudah tidak ada, keluarga yang tahu bagaimana masa kecilmu, bayimu, kalau kamu dulu susah banget makan, jelas itu lah yang menurun ke anakmu, jika kamu aman, coba cek keluarga suamimu, boleh jadi sifat malas makan itu menurun dari mertua dan keluarga suamimu. Parahnya kita seringkali tidak tahu apa tindakan baik kita yang harus dipertahankan dan apa prilaku buruk kita yang harus kita singkirkan. Kita tidak pernah memperhatikan itu.
Jadi melihat keadaan seperti itu, jelas sifat-sifat baik, unggulan yang ada pada varietas tanaman, hewan yang diambil pada DNA oleh ilmuwan untuk menciptakan varietas unggulan dan mengkloning suatu makhluk hidup. Bukan tidak mungkin itu terjadi pada manusia. Sedangkan untuk mendapatkan anak lelaki dan perempuan saat ini bisa ditentukan oleh ilmu kedokteran.
Nah, kita yang awam dengan teknologi sebenarnya bisa menciptakan generasi bibit unggul bukan secara keilmuan, intelejensia tetapi dari sisi Sifat dan Prilaku.
Kita bisa mengikis, menghapus sifat dan prilaku buruk yang turun dari Bapak dan Ibu kita. Karena kalau ilmu, semua bisa dipelajari, kalau bakatnya pintar, seorang anak pastilah memiliki kemampuan lebih diantara yang lain. Tetapi sifat Sombong, Malas, Dengki, Takabur, Foya-foya, Suka Melamun, Boros, Lalai, Takut, Menebar Teror, Jorok, Jahil ini sifat dan prilaku yang turun dari keluarga kita. Sehingga harus diubah juga sama halnya dengan mengajarkan pendidikan. Harus dan harus diubah sekuat tenaga, karena generasi yang hadir saat ini adalah hasil prilaku kita saat kita kecil, baik dan buruknya.
Kita sering takjub dengan kecanggihan anak sekarang baru usia 2-3 tahun, sudah pintar main game di hp, sudah bisa selfie, video call dengan memencet-mencet apa yang diajari atau tidak oleh orang lain, ingatannya sangat kuat, sel-sel otaknya tumbuh sangat cepat. Hal ini pun tak lepas dari prilaku kita masa lalu, yang terlahir di tahun 80-90an pasti lah sudah mengenal mall di masa kecilnya. Ibu-ibu muda jaman now, dengan alasan bosan, pengen cari suasana, bayinya yang masih merah, umur 3-4 minggu sudah dibawa ke mall, ah tidak apa-apa, anaknya juga senang kok, lihat suasana mall. Mereka lupa atau tidak tahu bahwa sangat berisiko membawa bayi seumuran itu ke mall, banyak virus dan bakteri, berinteraksi dengan beragam lingkungan, baik manusia maupun keadaan disana, halah kalo demam tinggal bawa ke dokter, susah amat, hadeh anda mengandung dan melahirkan dengan susah payah, ketika lahir kok tidak dijaga dan dipelihara dengan baik.
Dan yang banyak tidak diketahui orang tua bahwa rekaman pengalaman, sifat dan prilaku saat kecil ini terekam kuat di ingatan si bayi dan saatnya kelak ia punya anak, prilaku yang sama, ngemall segera setelah melahirkan pun akan dilakukannya, begitu lah seterusnya prilaku itu turun temurun.
Mungkin karena memiliki tingkat intelejensia yang tinggi, hal-hal yang berdampak buruk buat anak sangat dihindari oleh orang-orang Israel. Anda bisa googling bagaimana ibu-ibu Israel menjaga makanannya saat hamil dan mendidik anaknya waktu kecil sehingga ketika besar memiliki, sifat, prilaku dan intelejensia yang tinggi.
Kita sering meremehkan ini, tetapi saat kita punya keturunan kita mengeluhkan keadaan yang kita hadapi, padahal kita sendiri penyebab turunnya sifat buruk itu, kita tidak memutus mata rantainya. Kita tidak mengubah sifat buruk itu menjadi baik.
Itu lah warisan terbesar orang tua pada generasi mendatang.
Ubahlah
Maka generasi masa depan pasti menjadi generasi terbaik bangsa ini.
Wariskan yang terbaik buat anak cucu kita.

Guru Corona

Corona mengajariku: Untuk Hidup Sehat , selalu mencuci tangan dengan sabun, bersih-bersih badan, mandi, kalau habis dari luar rumah, apala...