Sunday, February 11, 2018

Ngobrol dengan Organ

Apaan sih, judulnya kok aneh banget. Organ piano maksudnya? Organ tunggal hehe atau organ tubuh? Ya tepatnya organ tubuh. What.. Aneh.. Ya mungkin terkesan aneh kalau kita berbicara dengan jantung, ngobrol dengan telinga atau memarahi kaki kita. Tapi kalau anda percaya atau bisa merasakan, sedikit peka dan punya sense, sebenarnya hal itu tidaklah mengherankan. Mungkin ranahnya ini masuk ke permasalahan alam bawah sadar, seperti yang pernah atau sering kita dengar dengan hypnotis, hypnoselling, hypnotherapy dan sebagainya.
Ceritanya begini, pulang kerja di akhir minggu, kepala saya pusing, seperti biasanya hal ini seringnya disebabkan oleh angin yang bersarang di tubuh atau tepatnya kepala saya. Mungkin dalam dunia medis sebagian dokter gak mengenal istilah masuk angin. Ya sutralah, kalau saya kenalnya ya masuk angin, pegel-pegel, sakit perut, pusing dan sakit kepala, kemungkinan besar saya masuk angin. Nah, Jumat itu saya dikerok istri saya dan hasilnya merah sekali, dan setelahnya pasti keluar angin, badan dan kepala lebih ringan. Cuaca di Medan saat ini memasuki musim pancaroba, peralihan musim hujan ke musim kemarau. Cuaca mulai panas. Karena masih agak pusing, malamnya saya tidur gak begitu nyaman, sedikit cemas. Mungkin didukung lagi, karena sehabis dikerok, saya minum kopi susu panas. Berharap angin di badan hilang eh malah susah tidur, cilaka. Untung besoknya libur kerja, Sabtu. Nah, ketika kondisi setengah sadar itu, antara mata ngantuk tapi badan seger karena dikerok dan ngopi itu, saat berbaring miring, terdengar jelas detak jantung saya, agak keras dan sedikit kencang. Selagi asik menikmati detak yang membuat saya hidup itu, ntah kenapa, saya ngobrol ke jantung yang saya dengar asik bekerja itu. Istri saya tertidur lelap disamping saya.
Saya katakan ke jantung saya, "Hai Jantungku, terima kasih ya telah menemaniku sampai saat ini usiaku sudah 44 tahun. Kau tak pernah henti bekerja. Saat aku lelah seperti ini pun, kau tetap bekerja. Terima kasih ya", sambil senyum-senyum sendiri, lha wong gak ngantuk, reseh tu kopi haha..
Namanya juga kita dalam keadaan hening, gelap, orang pada tidur, pikiran kita menerawang, terdengar detak jantung sendiri, saya saat itu seperti ngobrol dengan si jantung yang duduk di depan saya, ya ngobrol biasa seperti ada orang depan kita. Sambil senyum mengucapkan terima kasih. Dan apa yang terjadi setelah mengucapkan "mantra" itu saudara-saudara. Detak jantung saya itu menjadi tenang dan soft sekali. Lembut. Seperti kita habis membelai rambut anak kita yang tidur di pangkuan kita lalu dia meringkel memeluk hangat tubuh kita, seperti tidurnya bertambah nyaman. Demikian jantung saya yang setelah kami "ngobrol" istilah saya itu, setelah saya ucapkan terima kasih itu, ia seperti menjadi lebih nyaman dan bekerja tidak sekeras yang saya dengarkan tadi. Setelah itu saya pun terlelap, pulas, hilang. Dari situ lah ide tulisan ini muncul.

Perlakukan Organ Kita dengan Baik
Setelah kejadian itu, beberapa hari kemudian saya teringat kejadian malam saya ngobrol dengan jantung saya itu. Dan menjelang tidur itu, dalam keheningan malam, saya mencoba ke organ yang lainnya, saya menyapa jantung saya, pencernaan saya, usus lambung limpa, ginjal, hati, trus wajah saya mata, telinga, mulut, tangan dan kaki dan apa yang saya ingat nama-namanya hehe.. karena dulu tidak begitu tertarik dengan ilmu biologi anatomi tubuh hehe. Saya katakan terima kasih ya telah menemani saya, menghidupi saya, kita bekerja bersama-sama, sakit dan senang bersama-sama. Saya berharap kalian sehat selalu dan bekerja dengan baik. Berikanlah sinyal ketika kalian sakit sehingga saya tahu harus berbuat apa, harus mengobati dengan apa, harus berpantang apa. Dan saya yakin kalian punya cara sendiri untuk memulihkan diri kalian. Terima kasih ya mata ku, telingaku, pencernaanku, kaki dan tanganku. Jangan sakit-sakit ya. kira-kira begitu lah malam itu.
Dan saya pun merasakan gerakan-gerakan otot, saraf yang agak-agak gimana gitu, saat mengucapkan itu. Seperti mengiyakan, seperti mereka juga berterima kasih, seperti mereka senang dengan apa yang saya perbuat. Kemudian saya pun tak lupa berterima kasih pada Tuhan yang telah memberikan saya semua ini, tubuh ini, panca indera dan organ-organ ini. Saya mengajak mereka mensyukuri apa yang telah kami lalui saat ini dan bersholawat pada Nabi Muhammad saw atas semua pengetahuan yang saya dapatkan ini. Bagi saya mungkin ini sepele, gak masuk akal, bullshit, tapi boleh jadi ini merupakan teknik yang baik untuk menerapi tubuh kita organ tubuh kita ketika kita lelah, capek, gak mood, sakit dan perasaan tidak baik lainnya. Saya merasakan keadaan yang lebih relaks saat saya tidur setelah melakukan itu. Kita tidak pernah tahu bagaimana organ tubuh kita itu bekerja, kerjanya keras atau tidak semua tergantung pola tingkah laku kita, pola makan kita, emosi kita. Dan saya yakin organ-organ tubuh ini punya cara masing-masing dalam memulihkan kondisinya saat ia dalam kondisi tidak baik, lelah atau sakit. Ketika yang harusnya kita sudah stop, istirahat makan, tapi kita paksa juga pencernaan kita untuk bekerja, kita paksa juga pembuluh darah kita untuk mengalir padahal salurannya mampet, kita bikin jantung kita berdegup kencang setelah seharian kita membuat adrenalin kita meningkat. Kita enak saja makan ini itu padahal tensi kita sudah menyampaikan pesannya, limpa kita lelah, ginjal kita mengeluh, asam urat kita meradang, gula darah kita meningkat tapi kita gak paham warning tersebut, gak aware, hingga akhirnya kita mengeluh sakit, sedangkan semua itu atas prilaku kita juga yang membuatnya. Kita tidak pernah olah raga, kita tidak pernah rekreasi, hidup kita hanya kerja, kerja dan maniak mencapai tujuan-tujuan, target-target hidup kita. Kita abai atas kehidupan organ-organ kita. Kita tidak pernah pijat, kita lupa creambath, kita tidak memberi udara segar dengan jalan-jalan di taman untuk kesenangan dan kesehatan jantung dan paru-paru kita, kita freesex, jajan dimana-mana sehingga organ intim kita teriak pun kita cuek, kulit kita tidak kita berikan sabun atau kalau perempuan tidak pernah luluran dan sebagainya yang membuat organ-organ kita itu capek, sakit hingga akhirnya kita pun turut menjadi sakit.
Tapi ternyata setelah saya renungkan ternyata ibu saya pun sering bersyukur atas semua yang ada di tubuhnya, tapi mungkin versinya bersyukur pada Tuhan ya, bukan ngobrol seperti yang saya gambarkan di atas. Seringkali saya dengar kalau ngobrol sama ibu saya dia katakan, ini alhamdulillah sekali kaki ini masih kuat berjalan sudah 74 tahun menopang diri aku, mata ini masih bisa liat jauh, kuping lah yang sudah agak-agak berkurang pendengarannya, dan masih banyak yang lain yang dikatakannya tanda syukur bahwa organ-organ tubuhnya yang diberikan Tuhan berfungsi dengan baik menemani hidupnya.

Kita Kurang Komunikatif
Bangsa ini mungkin dikenal dengan talkatif, ember, bocor, gosip, suka nyerocos tapi tidak komunikatif. Artinya suka ngobrol, rumpi, sebarin hoax tapi tanpa makna. Bukan ngobrol, diskusi, mengajak bicara dari hati ke hati yang bermakna. Kita ini makhluk hidup dan sudah kodratnya berbicara, menyampaikan dan menerima pesan melalui komunikasi. Demikian halnya dengan makhluk hidup lainnya, burung, ayam, sapi, domba, gajah, pohon, tanaman, ikan dan sebagainya. Lha kok. Ini lah yang kurang kita lakukan saat ini. Kalau orang-orang tua kita dahulu, kebanyakan di daerah Jawa, berbicara, ngobrol dengan tanaman dan ternak adalah hal yang biasa. Sambil memandikan sapi nya dia asik aja ngobrol, kamu yang sehat ya, cepat besar, biar bisa punya anak yang banyak, biar harga jualmu tinggi. Ketika bercocok tanam, sambil nyangkul dia bilang ke tanah, kamu yang gembur ya biar tanaman saya subur, kamu berbuah yang lebat ya biar panen kita banyak duitnya. Bahkan beberapa orang memberikan nama kepada tanaman dan ternaknya saking sayangnya. Dan ada juga yang memperlakukan hal demikian ke benda mati, seperti pada motor dan mobil kesayangannya, kamu saya mandikan ya biar kinclong nanti kita jalan-jalan, jangan mogok-mogok ya, kamu kan yang bantu dapur saya ngebul dan sebagainya. Hal-hal yang baik juga dilakukan dengan mengucapkan sholawat, membaca fatihah, saat mereka bercocok tanam dan memberikan pakan atau memandikan ternaknya. Hal ini sering juga kita lihat dalam adegan-adegan film atau sinetron tv.
Tapi hal demikian mungkin tidak pernah terjadi dalam kehidupan milenial saat ini. Dalam kondisi kekinian, masyarakat tidak percaya yang demikian. Sakit ya sudah, diobati, mati ya kubur, beli ternak lainnya, pelihara lagi, gemukin lagi, jual. Tanaman mati ya diobati, ketika tidak subur, ganti tanaman lain, ganti dengan tanah dan pupuk lain. Tidak ada interaksi antara kita dan yang kita miliki. Komunikasi itu yang hilang saat ini. Semua hampa. Semua bermain dengan logika. Tanpa disadari logika dari pikiran itu pun sebenarnya kita yang setting. Kalau kita settingnya menerima keadaan tersebut ya kita yakin itu bisa dilakukan dan memang ada hubungan. Tapi ketika kita menolaknya ya hasilnya pun mau dijelasin dengan dalil apa pun tidak bakal terjelaskan. Mana ada itu bicara sama jantung, burung perkutut, pohon mangga, motor dan mobil. Gila kamu.
Komunikasi kita saat ini garing. Tanpa makna. Beda halnya dengan segudang peribahasa, pantun, tutur kata, petuah jaman dulu. Penuh makna yang dalam. Dan memang ketika dijalankan atau dihindari memang akan menerima hasil seperti yang dikatakannya itu. Sekarang kita ngomong tanpa tatanan yang benar, tutur kata yang sopan, asal, garing, yang penting lucu, kekinian, ikut tren. Semua kembali ke pribadi masing-masing. Mau komunikasi dengan baik pada benda, makhluk hidup lainnya atau tidak.
Ketika kita melakukan hal demikian, bicara pada organ-organ tubuh kita. Sebenarnya kalau dibawa ke logika berpikir jaman sekarang yang praktis dan ekonomis, hal itu sungguh sangat membantu diri kita sendiri. Bayangkan dengan hanya mengucapkan Terima kasih pada organ tubuh kita dengan Tulus, Ikhlas, ini juga menjadi syarat ya, bukan asal jeplak, asbun, ya gak bermanfaat juga. Kita sebenarnya telah melakukan healing, pengobatan, penyembuhan, terapi, yang sebenarnya jauh lebih murah dibandingkan dengan orang-orang lain yang harus mengeluarkan uang banyak hanya untuk bisa tidur, keluar dari rasa cemas, takut dan khawatir. Minum obat ini itu, penghilang rasa sakit. Yang ada malah, menimbulkan efek samping lainnya. Ini hanya dengan bilang Terima Kasih, kita pun bisa tidur dengan relax, nyenyak, hingga fresh saat bangun nantinya.

Semoga tulisan ini bisa menginspirasi mereka-mereka yang butuh terapi, penyembuhan hanya dengan berkomunikasi dengan organ tubuh kita sendiri. Selamat Mencoba. Sehat dan Sukses selalu.

Guru Corona

Corona mengajariku: Untuk Hidup Sehat , selalu mencuci tangan dengan sabun, bersih-bersih badan, mandi, kalau habis dari luar rumah, apala...