Friday, August 23, 2019

Mikir itu Jangan Terbolak Balik

Pahamlah saya sekarang mengapa dulu ada pelajaran Logika yang masuk dalam bagian pelajaran Matematika, memang saat belajar dulu mikirnya kok ribet, jalan pikiran kita dibolak balik. Andi laki-laki, Andi berkumis. Ina perempuan maka Ina tidak berkumis. Ayam adalah hewan berkaki dua. Manusia berkaki dua. Manusia bukan hewan. Kira-kira seperti-seperti itu lah pelajaran yang kita dapati dulu dan ini menjadi bagian ujian psikologi ketika kita mau masuk ke perguruan tinggi, masuk ke perusahaan dan mengikuti asesmen ketika sudah menjadi pegawai. Karena Logika Berpikir itu Memang Penting. Mengapa?  Karena saat ini, sering sekali dijumpai, orang-orang yang asbun, asjep, asal bunyi, asal jeplak, seperti kentut. Lepas tanpa rem. Orang lain yang dengar suaranya dan cium baunya hehe.
Teringat saat kebetulan Jumatan di Terminal Kampung Rambutan beberapa tahun silam. Khatib di mesjid kecil itu dengan entengnya bilang, "saya pikir yang namanya Pasar Bebas itu kita bebas ambil apa saja di pasar lalu dibayar Pemerintah". Nah lho.. saking menolaknya dengan Era Pasar Bebas, perubahan zaman saat itu, ustad yang menguasai bidang agama itu masuk ke ranah ekonomi yang bukan bidangnya. Ya gitu deh hehe. Ada lagi yang menolak bayar iuran BPJS karena hanya memperkaya Direktur dan pegawai BPJS tapi tidak memberikan layanan kesehatan yang baik bagi masyarakat. Lha ini sangat ngawur ini logikanya. Coba zaman dulu yang miskin sakit, ya mati, jelas itu. Tapi dengan BPJS seyogyanya ia mendapatkan layanan kesehatan minimal puskesmas. Kalau puskesmasnya tidak memberikan layanan sesuai kebutuhan pasien atau rumah sakit membeda-bedakan layanan, apakah itu urusan BPJS atau Rumah Sakitnya.
Pikiran Zig Zag
Orang sekarang itu ngomongnya, bicaranya seringkali tidak dipikirkan terlebih dahulu. Dan parahnya kalaupun mereka berpikir. Mikirnya itu zig zag, suka terbolak balik. Mungkin ini dulunya dari kecil sampai dewasa karena terlalu sibuk membahas, "Mana duluan, Telur atau Ayam?" yaa terus aja begitu, muter-muter gak karuan haha. Sehingga mikirnya itu mbulet. Gak pakai logika. "Coba kemarin berobat disana pasti tidak separah ini sakitnya. Lihat aja nanti kalau Jokowi jadi Presiden lagi, azab Tuhan akan datang. Jangan mau bayar pajak, sudah bayar pajak, utang Negara nambah, korupsi melulu, kemana duitnya menguap". Apalagi dikompori dengan Capres saat debat kemarin. kekayaan negeri ini lari dibawa ke Luar Negeri. Yaahh jadi deh, klop.
Bahkan urusan-urusan sepele sekali pun, masyarakat kita mikirnya itu sering kebolak balik. Kenapa terlambat? Macet pak. Lha iya di jam bersamaan, semua orang berangkat kerja ya pasti macet. Berangkat dong lebih awal, antisipasi jalur macet, gunakan transportasi massal, dsb. Atau kasus pedagang yang merengek-rengek minta pengampunan Satpol PP, jangan dibawa pak dagangan kami, sambil guling-guling di tanah. Itu sumber pencarian kami, dari situ kami makan. Bagaimana anak-anak kami sekolah kalau dagangan kami disita. Lha, situ jualannya di trotoar, di badan jalan, di tempat orang lain yang punya Hak juga untuk memakainya. Pedagang ini membuat kemacetan, kotor, menghambat aktivitas warga lain. Kok logikanya jadi dibalik. Seolah-olah berjualan sembarangan dibolehkan, dimaklumi, diizinkan, kita jadi permisif, sementara orang lain jadi dirugikan.
Banyak hal saat ini yang kita jumpai yang "seolah-olah yang salah itu lah yang benar dan sebaliknya". Kasus terakhir ya Ceramah Ustad yang menjadi viral dan Emosi warga Papua. Logika-logika terbalik ini didukung kuat pula oleh Hoax. Hoax bermain disana. Jadi "seolah-olah". Yang tadinya seharusnya kita benci, salahkan jadi kita sanjung, kita puja, kita bela kebenarannya.
Menormalkan Logika Berpikir
Menjadi PR kita bersama bahwa Pikiran-pikran Zig zag tadi sebisa mungkin kita luruskan, kita kembalikan ke posisinya semula. Mana yang benar mana yang salah. Mana hubungannya yang sebab akibat mana yang akibat sebab. Mana yang DM (Diterangkan Menerangkan) mana yang MD (Menerangkan Diterangkan). Ribet amat sih? Gak ada yang ribet. Cara untuk menormalkan ini adalah dengan mencari, membaca, mendengarkan dari banyak sumber bukan hanya yang sejalan dengan pikiran kita tapi juga yang bertentangan dengan pikiran kita. Nah, nanti akan terbuka disana, terjelaskan, paling tidak akan mendapat benang merah permasalahannya. Bahwa Pasar Bebas itu apa, kenapa bisa ada pasar seperti itu. Kenapa BPJS ada, dulunya bagaimana, siapa yang bertanggung jawab dengan pelayanan, apakah BPJS atau rumah sakit. Apakah pedagang itu boleh berjualan di sembarang tempat difasilitasi dengan air PAM, lampu dan tempat parkir. Apakah musibah itu datang karena Presidennya tidak diganti. Apakah Ariel itu benar dan sah-sah saja merekam video dengan pacarnya di ruang tertutup dan hanya bedua, yang salah yang menyebarkannya, apakah semua salah sehingga harus di penjara. Yah kira-kira seperti itu akan terjelaskan jika kita membuka banyak sumber untuk pikiran kita. Tapi jangan harap kalau kita seperti katak dibawah tempurung, dengarnya, liatnya cuma hoax, hoax dan hoax

Guru Corona

Corona mengajariku: Untuk Hidup Sehat , selalu mencuci tangan dengan sabun, bersih-bersih badan, mandi, kalau habis dari luar rumah, apala...