Tuesday, July 23, 2019

STOP Membeda-bedakan Orang

Sadar tidak sadar seringkali ucapan kita, prilaku kita, gestur kita membeda-bedakan keadaan atau orang lain. Item dikit teman kita, kita tidak mau semobil dengannya. Gaya berpakaian tetangga kita yang menurut kita kampungan aja kita gak mau duduk dekat dengannya, bahkan kalau ada yang sarapan roti kita langsung bilang sarapan bule, kek orang barat nih, seperti meninggikan bule, bangsa barat, sepertinya makanan lokal, sarapan Indonesia lebih rendah atau tidak lebih bergizi dibandingkan makan roti. Walaupun ini hanya sekadar bercanda, ucapan belaka, tetapi tersirat unsur membeda-bedakan makanan, teman dan tetangga kita.
Kita seringkali menuduh bahkan mengatakan bahwa bangsa barat cenderung rasis seperti merendahkan orang negro, pendatang dari mexico, bahkan kejadian yang masih hangat terjadi saat ini ketika Presiden AS, Donald Trump, meski tidak menyebut nama secara langsung, dalam kicauannya di twitter Trump meminta sejumlah anggota kongres yang dianggap warga keturunan lebih baik angkat kaki ke negara asal mereka dari pada mengkritik pemerintah. Trump berulangkali bersikap rasis terhadap Muslim dan Negara Islam yang dianggap teroris.
Diskriminatif Dimana Saja
Secara definisi, Theodorson & Theodorson (1979), pengertian diskriminasi adalah perlakuan yang tidak seimbang terhadap perorangan atau kelompok berdasarkan sesuatu, biasanya bersifat kategorikal atau atribut khas seperti ras, suku, agama atau keanggotaan kelas-kelas sosial. Menurut PBB, diskriminasi adalah perilaku dan tindakan yang dilakukan berdasarkan perbedaan dalam kategorisasi yang dibuat oleh alam atau masyarakat, yang tidak ada hubungannya dengan kemampuan individu atau jasanya.
Apa yang dilakukan orang-orang yang diskriminatif ini bisa terjadi dimana saja, negara, lembaga, kantor, sekolah, lingkungan rumah tinggal, di berbagai sektor mulai dari seni, budaya, olah raga, ekonomi, hukum bahkan agama, yang dilakukan oleh negara, lembaga negara, pejabat, guru, preman, sekelompok orang bahkan perorangan. Semua mungkin pernah melakukan tindakan diskriminasi.
Orang yang sering diperlakukan berbeda dengan yang lainnya, akan menyimpan rasa berontak bahkan dendam dengan keadaan yang diterimanya. Seorang anak kecil akan menangis ketika tidak diberi balon di pesta ulang tahun temannya sementara anak yang lain diberi balon. Seorang anak remaja akan kesal ketika kakaknya dibelikan hp baru saat mendapatkan ranking kelas sementara dia yang juara kelas pun tidak dapat hp. Jika perlakuan membeda-bedakan orang ini karena ketidaksukaan, karena kebencian, karena kedengkian, dialami seseorang secara terus menerus, maka akan berdampak pada balas dendam ketika orang tersebut berada pada posisi yang bisa membalas semua keadaan yang telah ia terima. Orang tersebut akan cenderung membedakan orang lain juga, mulai dari hal-hal kecil sampai yang membuat orang lain tersiksa juga seperti yang pernah ia alami.
Tuhan Tidak Pernah Diskriminatif
Sejatinya kita diciptakan Tuhan sama dan sederajat di hadapan Nya. Hanya Tuhan yang berhak membeda-bedakan ciptaannya. Tetapi Tuhan hanya membedakan kita, manusia, dari amal ibadahnya. Semiskin apa pun manusia, sehina apapun seseorang dimata orang lain, tetapi apabila rajin ibadahnya, maka derajatnya sangat tinggi di hadapan Allah. Kita yang selalu menghina orang lain, membedakan orang karena cacatnya, logatnya, warna kulitnya, suku bangsanya, agamanya, sebenarnya orang yang paling hina di hadapan Allah.
Sedangkan pahala yang diberikan Allah kepada orang yang sholat di mesjid dibedakan Allah dengan orang yang datang paling awal diberikan pahala seumpama Unta, yang berikutnya seumpama Sapi, dan seterusnya hingga yang terlambat hanya diberikan pahala sebesar Telur. Jadi bukan dilihat dari Orang Amerika yang pertama datang ke Mesjid atau Presiden yang datang akan mendapatkan pahala sebesar Unta, dan orang miskin yang datang ke mesjid mendapatkan Telur atau suku Bugis yang datang ke mesjid tidak mendapatkan pahala. Tidak. Pahala yang datang ke mesjid tidak dibedakan Allah swt dari suku bangsanya, jabatannya, golongannya dan statusnya. Tidak. Allah swt membedakannya berdasarkan siapa yang paling awal datang ke mesjid, siapa yang paling taat beribadah, siapa yang paling rajin dan istiqamah dalam beribadah. Itu Tuhan, yang menciptakan kita. Yang memberikan kita Kehidupan, Nafas, Rejeki, Jodoh, Kebahagiaan dan semua yang kita dapatkan dan nikmati saat ini. Lha kita yang manusia, yang tidak ada apa-apanya dihadapan Tuhan kok bisa-bisanya, kok senang sekali, kok bangga bisa ngerjain orang lain, bisa membeda-bedakan orang lain, bisa mengelompok-ngelompokkan orang lain dalam konotasi negatif.
Kita ini sama, sederajat, hanya berbeda warna kulit, tinggi badan, perawakan, tempat lahir, logat, suku bangsa dan pendidikan. Tidak ada manusia yang mau terlahir cacat, hitam, bodoh, jelek, suku tertentu, bangsa tertentu, lahir di kota tertentu, beragama tertentu. Kalau bisa pesan atau minta, pasti lah orang yang akan lahir pesannya dalam kondisi yang keren, bagus, kaya, cakep dan semua yang bagus-bagus. Tapi dengan adanya perbedaan itu lah kita diuji kesabaran, diajarkan untuk bisa menerima perbedaan, kekurangan, warna kulit, agama, suku bangsa, pendidikan dan sebagainya. Bukan kah robot yang diciptakan sama keluaran pabrik sekali pun pasti ada perbedaannya bahkan sepersekian mili tingginya, kecepatannya, lebarnya, panjangnya, kemampuannya dan sebagainya. Walaupun di mata manusia itu sama, secara detil sama, tapi secara pengujian laboratorium pasti ada perbedaannya dalam ukuran sangat kecil. Homogen itu tidak nikmat. Gak seru. Justru berbeda itu keren, tapi bukan untuk dibeda-bedakan. Diskriminatif.

No comments:

Post a Comment

Guru Corona

Corona mengajariku: Untuk Hidup Sehat , selalu mencuci tangan dengan sabun, bersih-bersih badan, mandi, kalau habis dari luar rumah, apala...